RIAUPEMBARUAN.COM - Merosotnya harga komoditi karet dan sawit sangat berdampak secara signifikan terhadap perekonomian masyarakat, sehingga menyebabkan pasar menjadi lengang akibatnya toko-toko pedagang banyak yang ditutup.
Seperti yang terlihat di Pasar Rakyat Telukkuantan, dari pantauan Riauterkini.com, Ahad (29/7/2018) siang, hanya sebagian toko yang dibuka oleh para pedagang, meskipun hari pasar, hal ini dikarenakan, tidak adanya pembeli yang berbelanja.
Kondisi ini, juga diakui salah seorang pedagang baju, Iyan (37) dari pengakuannya, keadaan seperti ini sudah ia rasakan bersama pedagang lainnya sejak tiga tahun terakhir.
"Beginilah kondisinya, sejak harga karet dan sawit turun, 75 persennya masyarakat kita kan bertani, tentu hal ini berpengaruh pada perekonomian, makanya, pasar menjadi lengang. Kadang buka kadang tutup. Terkadang hanya mengisi absen saja ke pasar," ujarnya.
Iyan, mengatakan untuk jual beli, kadang ada, terkadang tidak ada sama sekali.
Menurutnya, dari 120 toko yang ada di lantai bawah dan lantai atas, paling yang buka hanya 5 sampai 10 pintu, selebih tutup, karena tidak adanya jual beli.
"Deretan ini, paling yang buka 10 pintu, semuanya ada 120 pintu di lantai dua ini," sebutnya.
Dampak ini, menurutnya juga karena sejak penggabungan pasar, lahan parkir yang dulunya bisa untuk menitip kenderaan sekarang suda diisi para pedagang.
"Otamatis pengungjung tidak lagi berhenti disini, karena lahan parkir sudah tidak tersedia dan ini kami rasakan betul," ungkapnya.
Dari penuturannya, sejak pasar digabungkan menjadi satu, dia telah membuka jualan di tempat lain.
"Ya saya mesti putar otak, karena kita mau makan juga, sehingga untuk jualan saya membuka di ruko lain, sebeb disini jua beli sulit," tuturnya.
Editor: Rezi AP
Penulis: Redaksi